Wednesday, January 8, 2014

TAKUTLAH dengan ANAKMU! [sebuah renungan]

Judul di atas kami ambil karena banyak orang tua yang mengeluh karena prestasi anak yang jeblok.
Pertanyaan yang paling baik dari kami adalah :

Sudahkah ibu/bapak mengetahui penyebab hal tersebut?

jawabannya beragam :
ada yang bilang kami sibuk bekerja, saya pulang malam, ayahnya pulang pagi
ada yang bilang anak hanya menonton televisi ketika disuruh belajar,
ada yang bilang kami sudah berusaha semaksimal mungkin,
ada yang bilang kehabisan akal, dsb

pernyataan kami selanjutnya sebenarnya hanya membalik apa yang mereka katakan.

- kalau bapak terlalu sibuk bekerja, kurangilah waktu kerja bapak dan ibu
- kalau anak hanya menonton televisi ketika disuruh belajar, bapak dan ibu harus juga tidak menonton televisi ketika anak belajar
- kalau bapak dan ibu berkata sudah berusaha semaksimal mungkin, berarti bapak dan ibu perlu berusaha lebih maksimal dari sekarang,
- kalau bapak dan ibu bilang sudah kehabisan akal, berarti bapak dan ibu bukan manusia, karena yang membedakan manusia dan hewan adalah akalnya.
#ups, yang terakhir tidak mungkin kami katakan.... heee
pernyataan yang akan kami lontarkan setelah bapak dan ibu berkata sudah kehabisan akal adalah belilah akal yang baru di toko-toko terdekat.
hee

Pak, bu,
anak bapak dan ibu adalah anugerah dari Allah yang harus bapak dan ibu pertanggunjawabkan nanti di hadapanNya. Banyak orang yang telah berusaha untuk mendapatkan putra dan putri namun belum diijinkanNya. Maka bapak dan ibu yang telah diijinkanNya, peliharalah dengan baik, rawatlah dengan baik, dan didiklah dengan baik.
Jadi, kalau ada pepatah : "Jangan berani dengan orang tuamu!",
kami akan balik pepatah itu  menjadi : " Takutlah dengan ANAKMU!"
Mengapa?
Takutlah dengan anakmu jika dia tidak naik kelas
Takutlah dengan anakmu jika dia tidak mampu meraih kebahagiaan hidup

Takutlah dengan anakmu jika dia tidak bisa membaca Al Quran
Takutlah dengan anakmu jika dia tidak bisa sholat dengan benar
dan yang pasti :
Takutlah dengan anakmu yang ketika nanti engkau tinggal di dunia ini namun tidak bisa mendoakanmu.  Sungguh, tangisan penyesalanmu nanti di sana tidak akan merubah apapun.....
Anak yang sholeh adalah amal jariyah yang telah dijamin tidak akan terputus pahalanya sampai kapanpun.
Belum terlambat pak, bu. Kita masih ada di samping anak-anak kita. Kita pasti masih bisa merubah mereka menjadi pribadi yang lebih baik dari sekarang.
Percayalah,
Setiap anak berhak untuk pandai
Setiap anak berhak untuk menjadi pemimpin
Setiap anak berhak untuk berbahagia
Setiap anak berhak untuk menjadi imam masjid
Setiap anak berhak untuk menjadi yang terbaik

_admin

Pemberian PR (Pekerjaan Rumah) untuk Orang Tua

PR atau Pekerjaan Rumah adalah sebuah hal yang menjadi santapan sehari-hari siswa. Mereka harus berangkat pagi, mempersiapkan segala sesuatunya, menerima materi pelajaran, kemudian membawa pekerjaan rumah untuk dikerjakan di rumah. Jelas, bahwa PR tersebut adalah salah satu usaha guru untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang telah dijelaskan, memberikan dorongan kepada siswa untuk mengulang kembali materi yang telah diberikan di rumah, dan sekaligus memberikan "pekerjaan rumah" untuk orang tua.
Mengapa PR anak juga merupakan PR untuk orang tuanya?
Karena PR anak adalah media orang tua untuk menjadi guru bagi putra-putrinya.
Di sinilah peran pendidikan di keluarga bagi seorang siswa. Ketika orang tua mampu mengelola pembelajarannya di rumah, maka Insya Allah prestasi anak di sekolah juga akan baik.
Mengapa?
alasannya :
1. Secara naluriah, anak akan jauh lebih banyak bertanya tentang sesuatu hal pada orang tuanya. Sehingga orang tua adalah sumber utama pengetahuan anak. Orang tua yang baik akan selalu berusaha untuk memberikan pengetahuan yang luas bagi anak, sehingga tidak pernah menolak untuk memberikan langkah terbaik dalam mengerjakan PR.
2. Kesabaran orang tua adalah semangat anak. Di sekolah, guru minimal harus membagi perhatiannya kepada minimal 20 siswanya di kelas, sehingga mungkin tidak semua mendapatkan porsi perhatian yang sama. Namun di rumah, orang tua hanya menghadapi putra-putrinya saja. Hal ini diharapkan perhatian yang kurang ketika di sekolah akan tertutup dengan luapan perhatian orang tua kepada anaknya.
3. Anak hanya berada di sekolah selama 8 jam atau 10 jam di sekolah. Sisanya anak habiskan waktunya di rumah. Ketika anak berada di rumah, maka gurunya di rumah (orang tua) harus menyusun jadwal dengan baik. Mulai dari bermain, menonton televisi, bermain game, dan belajar.
Peran orang tua sebagai guru bagi anaknya tidak hanya sebagai pengajar, namun juga adalah manajer bagi anaknya. Peran orang tua sebagai manajer yang paling vital adalah dengan mengatur jadwal untuk seluruh kegiatan anak di atas dengan baik. Porsi yang seimbang, dan penempatan waktu yang baik. Hal ini tidaklah mungkin bisa dilakukan oleh guru sang anak di sekolah.

Setidaknya itulah "pekerjaan rumah" orang tua yang menjadi konsekuensi wajib untuk meningkatkan prestasi anak.
Selamat bekerja, selamat berkarya, dan semoga berhasil