Hati adalah sumber kebaikan dan keburukan seseorang. Bila
hati penuh dengan ketaatan kepada Allah, maka perilaku seseorang akan penuh
dengan kebaikan. Sebaliknya, bila hati penuh dengan syahwat dan hawa nafsu,
maka yang akan muncul dalam perilaku adalah keburukan dan kemaksiatan.
Keburukan dan kemaksiatan ini bisa datang karena hati
seseorang dalam keadaan lengah dari dzikir kepada Allah. Ibnul Qoyyim
al-Jauziyah berkata, “Apabila hati seseorang itu lengah dari dzikir kepada Allah,
maka setan dengan serta merta akan masuk ke dalam hati seseorang dan
mempengaruhinya untuk berbuat keburukan. Masuknya setan ke dalam hati yang
lengah ini, bahkan lebih cepat daripada masuknya angin ke dalam sebuah
ruangan.”
Oleh karena itu, hati seorang mukmin harus senantiasa dijaga
dari pengaruh setan ini. Yaitu, dengan senantiasa berada dalam sikap taat
kepada Allah SWT. Upaya inilah yang disebut dengan Istiqamah.
Imam al-Qurtubi berkata, “Hati yang istiqamah adalah hati
yang senantiasa lurus dalam ketaatan kepada Allah, baik berupa keyakinan,
perkataan, maupun perbuatan.” Lebih lanjut beliau mengatakan, “Hati yang
istiqamah adalah jalan menuju keberhasilan di dunia dan keselamatan dari azab
akhirat. Hati yang istiqamah akan membuat seseorang dekat dengan kebaikan,
rezekinya akan dilapangkan dan akan jauh dari hawa nafsu dan syahwat. Dengan
hati yang istiqamah, maka malaikat akan turun untuk memberikan keteguhan dan
keamanan serta ketenangan dari ketakutan terhadap adzab kubur. Hati yang
istiqamah akan membuat amal diterima dan menghapus dosa.”
Ada banyak cara untuk menggapai hati yang istiqamah ini. Di
antaranya: Pertama, meletakkan cinta kepada Allah SWT di atas segala-galanya. Ini
adalah persoalan yang tidak mudah dan butuh perjuangan keras. Karena, dalam
kehidupan sehari-hari kita sering mengalami benturan antara kepentingan Allah
dan kepentingan makhluk, entah itu kepentingan orang tua, guru, teman, saudara,
atau yang lainnya. Apabila dalam kenyataanya kita lebih mendahulukan
kepentingan makhluk, maka itu pertanda bahwa kita belum meletakkan cinta Allah
di atas segala-galanya.
Padahal, Allah SWT telah menegaskan bahwa siapa yang lebih mencintai
sesuatu selain Allah, maka ia justru akan tersiksa dengan rasa cintanya itu.
Siapa yang takut karena selain Allah, maka ia justru akan dikuasai oleh rasa
takutnya itu. Siapa yang sibuk dengan selain Allah, maka ia akan mengalami
kebosonan dan siapa yang mendahulukan yang lain daripada Allah, maka ia tidak
akan mendapatkan keberkahan dari-Nya.
Kedua, membesarkan perintah dan larangan Allah. Membesarkan
perintah dan larangan Allah harus dimulai dari membesarkan dan mengagungkan
pemilik perintah dan larangan tersebut, yaitu Allah SWT. Allah SWT berfirman
yang artinya, “Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah.” Ulama dalam
menafsirkan ayat ini mengatakan, “Mengapa kalian tidak takut akan kebesaran
Allah.”
Membesarkan perintah Allah di antaranya adalah dengan
menjaga waktu salat, melakukannya dengan khusyu, memeriksa rukun dan
kesempurnaannya serta melakukannya secara berjamaah.
Ketiga, senantiasa berzikir kepada Allah. Zikir adalah
wasiat Allah kepada hamba-hamba-Nya dan wasiat Rasulullah kepada ummatnya.
Dalam sebuah hadis qudsi Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang mengingat-Ku di
dalam dirinya, maka Aku akan mengingat-Nya dalam diri-Ku. Dan barang siapa yang
mengingat-Ku dalam kesibukan, maka Aku akan mengingat-Nya dalam kesibukan yang
lebih baik darinya.” (HR Bukhari).
Keempat, Mempelajari kisah orang-orang saleh terdahulu. Hal
ini diharapkan agar kita bisa mengambil pelajaran dari mereka. Bagaimana
kesabaran mereka ketika menghadapi ujian yang berat, kejujuran mereka dalam
bersikap, dan keteguhan mereka dalam mempertahankan keimanan.
Allah SWT berfirman, “Sungguh dalam kisah-kisah mereka
terdapat ibrah (pelajaran) bagi orang yang memiliki akal, ….”
Kelima, senantiasa berpikir tentang kebesaran ciptaan Allah.
Allah SWT memiliki ciptaan yang indah dan besar. Dengan memikirkan ciptaannya
diharapkan bisa menyadari betapa besar kekuasaan Allah terhadap ciptaan-Nya
itu. Allah SWT berfirman, “Wahai manusia, telah diberikan kepada kalian
beberapa permisalan, maka dengarkanlah (perhatikanlah) permisalan itu.
Sesungguhnya orang-orang yang engkau seru selain Allah, mereka tidak akan mampu
untuk menciptakan lalat, meskipun untuk melakukannya itu mereka berkumpul
bersama.”
Demikianlah beberapa hal yang akan mengantarkan kita kepada
hati yang istiqamah. Dan mudah-mudahan saja kita bisa mendapatkannya.
No comments:
Post a Comment